Jakarta – Pemerintah Taliban menolak upaya Presiden AS, Donald Trump, yang ingin merebut kembali Pangkalan Hawa Bagram di Afghanistan. Pasukan Amerika telah menarik diri dari Afghanistan empat tahun lalu, meninggalkan pangkalan militer terbesar di negara itu.
Trump beberapa waktu lalu menyatakan keinginan untuk mengembalikan kehadiran AS di Bagram, bahkan menyebut pihaknya sedang berdialog dengan pihak Afghanistan terkait masalah ini. Namun, ia tidak memaparkan rincian lebih lanjut mengenai pembicaraan tersebut.
Pernyataan Trump tentang Bagram
Saat wartawan menanyakan apakah ia akan mengerahkan pasukan untuk merebut pangkalan tersebut, Trump menolak menjawab secara gamblang. Ia mengatakan:
“Kami tidak hendak membicarakan perihal itu. Kami menginginkannya kembali, serta kami menginginkannya kembali lekas. Bila mereka tidak melaksanakannya, kamu hendak ketahui apa yang hendak aku jalani.”
Trump sebelumnya menekankan bahwa upaya ini penting bagi kepentingan keamanan AS dan menyatakan Bagram sangat strategis untuk operasi regional.
Taliban Tegaskan Integritas Afghanistan
Juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid, menolak pernyataan Trump dan menekankan bahwa AS harus mengambil kebijakan yang realistis dan rasional. Mujahid menegaskan bahwa Afghanistan akan menjaga hubungan konstruktif dengan semua negara berdasarkan kepentingan bersama.
“AS telah berjanji dalam Perjanjian Doha untuk tidak menggunakan atau mengancam kekuatan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik Afghanistan, dan tidak mencampuri urusan internalnya,” ujar Mujahid.
Taliban meminta AS tetap setia pada komitmennya dan menghormati kedaulatan Afghanistan. Mujahid tidak memberikan komentar lebih lanjut mengenai obrolan dengan pemerintahan Trump atau alasan Trump percaya AS dapat merebut pangkalan itu kembali.
Latar Belakang Pangkalan Hawa Bagram
Pangkalan Hawa Bagram merupakan pangkalan militer utama AS di Afghanistan sebelum Taliban mengambil alih negeri itu pada 2021. Trump sebelumnya menyebut pangkalan ini sangat penting bagi strategi regional dan berpotensi menjadi titik kontrol operasi militer.
Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, Trump mengatakan:
“Ngomong-ngomong, kami lagi berupaya mendapatkannya kembali, itu bisa jadi kabar yang lumayan mengejutkan. Kami berupaya mendapatkannya kembali sebab mereka memerlukan sesuatu dari kami. Kami mau pangkalan itu kembali.”
Dampak Politik dan Hubungan Internasional
Rencana Trump untuk merebut Bagram memicu perhatian global, karena bisa menimbulkan ketegangan diplomatik dengan Taliban dan negara-negara tetangga. Pakar internasional menilai bahwa setiap langkah militer AS di Afghanistan saat ini harus sangat berhati-hati agar tidak melanggar kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya.
Taliban menegaskan bahwa mereka akan mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah, serta menolak tekanan militer dari pihak luar. Sementara itu, Amerika Serikat menekankan keinginannya untuk memastikan keamanan regional, namun juga menghadapi batasan perjanjian internasional yang telah disepakati.